Metode Asuhan Kperawatan MOdel Penugasan Tim,Primer, Tim Primer (Modular)
LAPORAN PENDAHULUAN
METODE ASUHAN
KEPERAWATAN MODEL PENUGASAN TIM, PRIMER, TIM PRIMER (MODULAR)
Disusun Oleh:
Erniawati, S.Kep
4012190040
PROGRAM PROFESI NERS
STIKES BINA PUTERA BANJAR
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
METODE ASUHAN KEPERAWATAN MODEL PENUGASAN TIM,
PRIMER, TIM PRIMER (MODULAR)
A. Pengorganisasian Kegiatan Keperawatan di
Ruang Rawat
Setiap organisasi
memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus diselesaikan untuk mencapai
tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan sesuai dengan spesifikasi tertentu.
Pengorganisasian kegiatan dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas pada
perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan dimiliki peserta sesuai
dengan kebutuhan klien pengorganisasian tugas perawat ini disebut metode
penugasan. Setiap kegiatan keperawatan diarahkan kepada pencapaian tujuan dan
merupakan tugas menejer keperawatan untuk selalu mengkoordinasi, mengarahkan
dan mengendalikan proses pencapaian tujuan melalui interaksi, komunikasi,
integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan yang terlibat. Dalam upaya
mencapai tujuan tersebut meneger keperawatan dalam hal ini kepala ruangan
bertanggung jawab mengorganisir tenaga keperawatan yang ada dan kegiatan
pelayanan keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien, sehingga
kepala ruangan perlu mengkatagorikan klien yang ada di unit kerjanya. Menurut
Kron (2010) kategori klien didasarkan atas : tingkat pelayanan keperawatan yang
dibutuhkan klien, misalnya keperawatan mandiri, minimal, sebagian, total atau
intensif. Usia misalnya anak, dewasa, usia lanjut. Diagnosa/masalah kesehatan
yang dialami klien misalnya perawatan bedah/ortopedi, kulit. Terapi yang
dilakukan, misalnya rehabilitas, kemoterapi.
Di beberapa rumah sakit ini pengelompokkan klien didasarkan atas kombinasi kategori diatas. Selanjutnya kepala ruangan bertanggung jawab menetapkan metode penyusunan keperawatan apa yang tepat digunakan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan sesuai dengan jumlah katagori tenaga yang ada di ruangan serta jumlah klien yang menjadi tanggung jawabnya.
Di beberapa rumah sakit ini pengelompokkan klien didasarkan atas kombinasi kategori diatas. Selanjutnya kepala ruangan bertanggung jawab menetapkan metode penyusunan keperawatan apa yang tepat digunakan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan sesuai dengan jumlah katagori tenaga yang ada di ruangan serta jumlah klien yang menjadi tanggung jawabnya.
B. Kepala Ruangan Sebagai Manager Keperawatan
Kepala ruangan dalam
sebuah ruangan keperawatan harus mengkoordinasikan kegiatan unit yang menjadi
tanggung jawabnya dan melakukan evaluasi penampilan kerja staf dalam upaya
mempertahankan kualitas pelayanan pemberian asuhan keperawatan. Berbagai metode
pemberian asuhan keperawatan dapat dipilih dan disesuaikan dengan kondisi dan
jumlah pasien, kategori pendidikan dan pengalaman staf di unit yang
bersangkutan (Arwani, 2010). Kepala ruangan menentukan bagaimana jalan terbaik
dalam merencanakan kegiatan kerja sehingga sasaran organisasi dicapai secara
efektif dan efisien Marquis, B.L. & Huston, C., J. (2010). Dalam hal ini
termasuk penggunaan sumber daya secara bijak dan koordinasi pekerjaan dengan
bagian lainnya. Pemilihan model pengiorganisasian yang tepat dalam pemberian
pelayanan kesehatan pada tiap unit kerja atau organisasi bergantung kepada
keterampilan dan keahlian staf, keberadaan perawat professional yang
teregister, sumber daya ekonomi organisasi, karakteristik pasien, dan
kompleksitas tugas-tugas yang harus diselesaikan. Menurut Gillies (1994) peran
kepala ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas
pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan
keperawatan yang berkualitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat
serta menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan. Adapun
fungsi kepala ruangan sebagai berikut (Marquis dan Houston, 2000):
1. Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan peraturan-peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan biaya-biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan.
1. Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan peraturan-peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan biaya-biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan.
2. Pengorganisasian: meliputi pembentukan
struktur untuk melaksanakan perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk
mencapai tujuan unit serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan
menggunakan power serta wewengan dengan tepat.
3. Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai
dari rekruetmen, interview, mencari, dan orientasi dari staf baru, penjadwalan,
pengembangan staf, dan sosialisasi staf.
4. Pengarahan : mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.
4. Pengarahan : mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.
5. Pengawasan meliputi penampilan kerja,
pengawasan umum, pengawasan etika aspek legal, dan pengawasan professional.
Seorang manajer dalam mengerjakan kelima fungsinya tersebut sehari-sehari akan
bergerak dalam berbagai bidang penjualan, pembelian, produksi, keuangan,
personalia dan lain-lain.
Sedangkan menurut Depkes RI (1994) uraian tugas kepala ruangan adalah:
1. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:
Sedangkan menurut Depkes RI (1994) uraian tugas kepala ruangan adalah:
1. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:
a. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga
perawatan serta tenaga lain sesuai kebutuhan.
b. Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan.
c. Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
b. Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan.
c. Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
2. Melaksanakan fungsi pergerakan dan
pelaksanaan, meliputi:
a. Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat.
b. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan / peraturan yang berlaku (bulanan, mingguan, harian).
c. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau tenaga lain yang bekerja di ruang rawat.
a. Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat.
b. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan / peraturan yang berlaku (bulanan, mingguan, harian).
c. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau tenaga lain yang bekerja di ruang rawat.
d. Memberi pengarahan dan motivasi kepada
tenaga perawatan untuk melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart.
e. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada
dengan cara bekerja sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan
ruang rawat.
f. Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar tercapainya pelayanan optimal.
g. Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan lain yang diperlukan di ruang rawat.
f. Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar tercapainya pelayanan optimal.
g. Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan lain yang diperlukan di ruang rawat.
h. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan
peralatan agar selalu dalam keadaan siap pakai.
i. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan
inventaris peralatan.
j. Melaksanakan program orientasi kepada
pasien dan keluarganya meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib
ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya.
k. Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa pasien dan mencatat program.
k. Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa pasien dan mencatat program.
l. Mengelompokkan pasien dan mengatur
penempatannya di ruang rawat untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi,
untuk memudah pemberian asuhan keperawatan.
m. Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta membantu memecahkan masalah berlangsung.
m. Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta membantu memecahkan masalah berlangsung.
n. Menjaga perasaan pasien agar merasa aman
dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan berlangsung.
o. Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap
pasien / keluarga dalam batas wewenangnya.
p. Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi serlama pelaksanaan pelayanan berlangsung.
p. Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi serlama pelaksanaan pelayanan berlangsung.
q. Memelihara dan mengembangkan sistem
pencatatan data pelayanan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakuakan
secara tepat dan benar.
r. 18)Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan kepala UPF di Rumah Sakit.
s. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan.
r. 18)Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan kepala UPF di Rumah Sakit.
s. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan.
t. Memberi motivasi tenaga nonkeperawatan
dalam memelihara kebersihan ruangan dan lingkungan.
u. Meneliti pengisian formulir sensus harian
pasien ruangan.
v. Memeriksa dan meneliti pengisi daftar pemintaan makanan berdasarkan macam dan jenis makanan pasien kemudian memeriksa / meneliti ulang saat pengkajiannya.
w. Memelihara buku register dan bekas catatan medis.
x. Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan serta kegiatan lain di ruangan rawat.
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian, meliputi:
a. Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap uapaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan.
v. Memeriksa dan meneliti pengisi daftar pemintaan makanan berdasarkan macam dan jenis makanan pasien kemudian memeriksa / meneliti ulang saat pengkajiannya.
w. Memelihara buku register dan bekas catatan medis.
x. Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan serta kegiatan lain di ruangan rawat.
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian, meliputi:
a. Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap uapaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan.
b. Melaksanakan penilaian dan mencantumkan
kedalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi pelaksana
keperawatan dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah tanggung jawabnya
untuk berbagai kepentingan (naik pangkat / golongan, melanjutkan sekolah)
mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan serta obat-obatan
secara efektif dan efisien.
c. Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan
pelaporan kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang
rawat.
C. Metode Penugasan Keperawatan
Berbagai metode penugasan keperawatan yang
dapat digunakan dengan beberapa keuntungan dan kerugian. Metode tersebut antara
lain :
1. Metode Fungsional
1. Metode Fungsional
Metode fungsional merupakan pengorganisasian
tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut
jenis pekerjaan yang dilakukan. Contoh : Perawat A tugasnya menyuntik, perawat
B tugasnya mengukur suhu badan klien. Seorang perawat dapat melakukan dua jenis
tugas atau lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan
(head nurse) bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima
laporan tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang klien.
Orientasi pada jenis tugas tertentu. Pendekatan ini efisien , dalam arti :
– Semua jenis pekerjaan akan terkelola dan terkontrol
– Semua jenis pekerjaan akan terkelola dan terkontrol
– Waktu pengerjaan lebih singkat
– Seseorang dengan jenis tugas tertentu untuk
jangka waktu lama akan menjadi sangat trampil terhadap tugas tersebut
– Dibutuhkan : uraian kerja, protap jelas,
kontrol terstruktur
Model ini cocok untuk keadaan darurat, tetapi kurang untuk meningkatkan mutu askep (Gillies,1989; Tomey,1992). Metode pemberian asuhan keperawatan fungsional pertamakalinya berkembang pada saat perang dunia ke II.
Kebanyakan institusi menganggap keperawatan fungsional memiliki nilai ekonomis dalam pemberian pelayanan kesehatan. Hal tersebut benar jika kualitas pelayanan dan pelayanan yang holistik bukan sesuatu hal yang penting.
Keuntungan:
Model ini cocok untuk keadaan darurat, tetapi kurang untuk meningkatkan mutu askep (Gillies,1989; Tomey,1992). Metode pemberian asuhan keperawatan fungsional pertamakalinya berkembang pada saat perang dunia ke II.
Kebanyakan institusi menganggap keperawatan fungsional memiliki nilai ekonomis dalam pemberian pelayanan kesehatan. Hal tersebut benar jika kualitas pelayanan dan pelayanan yang holistik bukan sesuatu hal yang penting.
Keuntungan:
– Perawat terampil untuk tugas /pekerjaan
tertentu.
– Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat
setelah selesai tugas.
– Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti
dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
– Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi
staf atau peserta didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kerugian
– Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau
total sehingga proses keperawatan sulit dilakukan.
– Apabila pekerjaan selesai cenderung
meninggalkan klien dan melakukan tugasnon keperawatan.
– Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan
sulit diidentifikasi kontribusinya terhadap pelayanan.
– Perawat hanya melihat asuhan keperawatan
sebagai keterampilan saja.
Hal – hal yang harus dipertimbangkan
– Pendekatan fungsional lebih menekankan
teknik – prosedural, tidak
memperhatikan keberadaan klien secara utuh dan
unik
– Pelayanan terfragmentasi, kesinambungan asuhan tidak terjamin
– Pelayanan terfragmentasi, kesinambungan asuhan tidak terjamin
– Ada kemungkinan, jenis tugas tertentu tidak
teridentifikasi sehingga luput dari perhatian staf
– Semua anggota tim harus paham terhadap
permasalahan klien – intervensi dan dampaknya – karenanya dibutuhkan case
conference secara periodik dan berkesinambungan
2. Metode tim keperawatan
Metode tim keperawatan yaitu pengorganisasian
pelayanan keperawatan oleh sekelompok klien dan sekelompok klien. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat profesional yang berpengalaman serta memiliki pengetahuan
dalam bidangnya (registered nurse).
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan
oleh pimpinan kelompok/ketua tim. Selain itu ketua tim bertanggung jawab dalam
mengarahkan anggota grup/tim. Sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan
pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan
tugas apabila menjalani kesulitan. Selanjutnya ketua tim yang melaporkan pada
kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien.
Tim keperawatan dikembangkan pada tahun 1950-an dalam upaya mengurangi masalah yang berhubungan dengan fungsi pengorganisasian pelayanan pasien. Banyak yang percaya meskipun terus-menerus kekurangan staf perawat professional, system pelayanan pasien harus dikembangkan untuk mengurangi pelayanan yang terpilah-pilah dari metode keperawatan fungsional.
Dalam keperawatan tim, tenaga pendukung berkolaborasi dalam memberikan pelayanan terhadap sekelompok pasien di bawah arahan seorang perawat professional. Seorang ketua tim bertanggung jawab mengetahui kondisi dan kebutuhan seluruh pasien yang dirawat oleh tim. Kewajiban ketua tim bergantung kepada kebutuhan pasien dan beban kerja, termasuk membantu anggota tim, memberikan pelayanan langsung kepada pasien, mendidik pasien dan melakukan koordinasi terhadap aktivitas pasien. Melalui komunikasi tim yang terus-menerus, pelayanan kompehensif akan dapat diberikan kepada pasien meskipun relative banyak staf pendukung.
Keperawatan tim biasanya berkaitan dengan pola kepemimpinan demokratis. Anggota tim diberikan otonomi sebanyak mungkin dalam mengerjakan tugas meskipun juga berbagi dalam tanggung jawab dan tanggung gugatnya. Mengakui nilai-nilai individual karyawan dan memberikan otonomi kepada anggota tim akan menghasilkan kepuasan kerja yang tinggi.
Beberapa keuntungan dan kerugian metode keperawatan tim dapat dilihat sebagai berikut:
Tim keperawatan dikembangkan pada tahun 1950-an dalam upaya mengurangi masalah yang berhubungan dengan fungsi pengorganisasian pelayanan pasien. Banyak yang percaya meskipun terus-menerus kekurangan staf perawat professional, system pelayanan pasien harus dikembangkan untuk mengurangi pelayanan yang terpilah-pilah dari metode keperawatan fungsional.
Dalam keperawatan tim, tenaga pendukung berkolaborasi dalam memberikan pelayanan terhadap sekelompok pasien di bawah arahan seorang perawat professional. Seorang ketua tim bertanggung jawab mengetahui kondisi dan kebutuhan seluruh pasien yang dirawat oleh tim. Kewajiban ketua tim bergantung kepada kebutuhan pasien dan beban kerja, termasuk membantu anggota tim, memberikan pelayanan langsung kepada pasien, mendidik pasien dan melakukan koordinasi terhadap aktivitas pasien. Melalui komunikasi tim yang terus-menerus, pelayanan kompehensif akan dapat diberikan kepada pasien meskipun relative banyak staf pendukung.
Keperawatan tim biasanya berkaitan dengan pola kepemimpinan demokratis. Anggota tim diberikan otonomi sebanyak mungkin dalam mengerjakan tugas meskipun juga berbagi dalam tanggung jawab dan tanggung gugatnya. Mengakui nilai-nilai individual karyawan dan memberikan otonomi kepada anggota tim akan menghasilkan kepuasan kerja yang tinggi.
Beberapa keuntungan dan kerugian metode keperawatan tim dapat dilihat sebagai berikut:
• Keuntungan
– Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang
komprehensif
– Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
– Konflik atau perbedaan pendapat antar staf
daapt ditekan melalui rapat tim cara ini efektif untuk belajar.
– Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan
interpersonal
– Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota
tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif.
• Kerugian
– Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada
situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan
komunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas
terhambat.
– Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
– Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
– Akuntabilitas dalam tim kabur
Pelaksanaan metode tim harus didasarkan pada
konsep berikut:
a. ketua tim diberikan pada perawat profesional dan harus mampu menggunakan berbagai tehnik kepemimpinan, manajemen dan komunikasi efektif.
b. Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan.
a. ketua tim diberikan pada perawat profesional dan harus mampu menggunakan berbagai tehnik kepemimpinan, manajemen dan komunikasi efektif.
b. Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan.
c. Komunikasi yang efektif penting untuk
menjamin kontinuitas rencana perawatan. Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan
d. Melalui berbagai cara terutama melalui
rencana perawatan tertulis yang merupakan pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi
dan evaluasi.
e. Anggota tim harus menerima dan menghargai kepemimpinan ketua tim. Ketua tim membantu anggotanya untuk memahami dan melakukan tugas sesuai dengan kemampuan mereka.
e. Anggota tim harus menerima dan menghargai kepemimpinan ketua tim. Ketua tim membantu anggotanya untuk memahami dan melakukan tugas sesuai dengan kemampuan mereka.
Prinsip tim keperawatan:
a. Suatu model asuhan yang dilaksanakan oleh
suatu tim terhadap satu atau sekelompok klien/pasien
b. Tim dipimpin oleh seorang perawat yang
secara klinis kompeten, mempunyai kemampuan yang baik dalam komunikasi,
mengorganisasi, dan memimpin
c. Dalam model ini, tim dapat terdiri dari pelaksana asuhan dengan level kemampuan yang berbeda tetapi semua aktifitas tim harus terkoordinasi secara baik
d. Dalam proses asuhan, dibutuhkan kesinambungan antar tim untuk setiap shift dinas (Pagi – Sore – Malam). Dokumentasi akurat, timbang terima berbasis pasien
e. Semua anggota tim harus paham terhadap permasalahan klien – intervensi dan dampaknya – karenanya dibutuhkan case conference secara periodik dan berkesinambungan
c. Dalam model ini, tim dapat terdiri dari pelaksana asuhan dengan level kemampuan yang berbeda tetapi semua aktifitas tim harus terkoordinasi secara baik
d. Dalam proses asuhan, dibutuhkan kesinambungan antar tim untuk setiap shift dinas (Pagi – Sore – Malam). Dokumentasi akurat, timbang terima berbasis pasien
e. Semua anggota tim harus paham terhadap permasalahan klien – intervensi dan dampaknya – karenanya dibutuhkan case conference secara periodik dan berkesinambungan
3. Metode kasus
Metode ini adalah suatu penugasan yang
diberikan kepada perawat untuk memberikan asuhan secara total terhadap seorang
atau sekelompok klien.
• Berpusat pada client/pasien
• Berpusat pada client/pasien
Perawat bertanggung jawab untuk melakukan
asuhan secara komprehensif terhadap satu atau sekelompok pasien pada shift
dinas tertentu
• Secara konsisten pasien dilayani oleh perawat yang sama dalam satu periode/shift dinas
• Dibutuhkan level kompetensi yang tinggi dari pelaksana asuhan
• Secara konsisten pasien dilayani oleh perawat yang sama dalam satu periode/shift dinas
• Dibutuhkan level kompetensi yang tinggi dari pelaksana asuhan
4. Metode keperawatan primer/utama (Primary
Nursing)
Metode keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan, dimana seorang perawat register bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dalam 24 jam.
Metode keperawatan primer berkembang pada awal tahun 1970-an menggunakan beberapa konsep pelayanan keperawatan total dan membawa perawat teregister kembali ke sisi tempat tidur untuk memberikan pelayanan klinis. Sesungguhnya Manthey (2001) dalam Marquis, B.L. & Huston, C., J. (2002) menganjurkan bahwa hanya keperawatan primer jenis pemberian pelayanan pasien yang mengharuskan hubungan perorangan antara seorang perawat dan pasien dengan tanggung jawab dalam perencanaan dan pengelolaan pelayanan secara jelas.
Metode keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan, dimana seorang perawat register bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dalam 24 jam.
Metode keperawatan primer berkembang pada awal tahun 1970-an menggunakan beberapa konsep pelayanan keperawatan total dan membawa perawat teregister kembali ke sisi tempat tidur untuk memberikan pelayanan klinis. Sesungguhnya Manthey (2001) dalam Marquis, B.L. & Huston, C., J. (2002) menganjurkan bahwa hanya keperawatan primer jenis pemberian pelayanan pasien yang mengharuskan hubungan perorangan antara seorang perawat dan pasien dengan tanggung jawab dalam perencanaan dan pengelolaan pelayanan secara jelas.
Keperawatan primer didesain dengan seorang
tenaga keperawatan profesional terhadap 4-5 klien sebagai perawat primer yang
bertanggung jawab terhadap kondisi klien, semua kebutuhan dan koordinasi dengan
tim kesehatan lainnya.
Perawat primer bertanggung jawab mulai klien masuk sampai pulang. Perawat Primer bertangungjawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Pada saat tidak bertugas perawat primer lain bertindak sebagai perawat asosiet.
Perawat primer bertanggung jawab mulai klien masuk sampai pulang. Perawat Primer bertangungjawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Pada saat tidak bertugas perawat primer lain bertindak sebagai perawat asosiet.
Tanggung jawab penting perawat primer adalah
mengatur komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan
tim kesehatan lainnya. Kombinasi komunikasi yang baik dan keberadaan
interdisiplin dalam satu grup dalam memberikan pelayanan langsung meningkatkan
kualitas pelayanan pasien secara holistic.Meskipun kepuasan kerja tinggi dalam
keperawatan primer, metode ini sulit diimplementasikan karena dibutuhkan
tanggung jawab dan otonomi yang tinggi dari perawat primer. Sehingga bila
perawat mengembangkan kemampuannya dalam pemberian pelayanan keperawatan
primer, mereka akan merasa tertantang dan harus mendapatkan harga yang
setimpal. Berikut beberapa keuntungan dan kerugian metode keperawatan primer:
• Keuntungan
• Keuntungan
– Model praktek keperawatan profesional dapat
dilakukan atau diterapkan.
– Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif
– Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif
– Memungkinkan penerapan proses keperawatan
– Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan
• Kerugian
– Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
– Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan
metode lain
Keperawatan moduler Metode keperawatan modul
merupakan metode modifikasi keperawatan tim – primer, yang dilaksanakan untuk
meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim melalui penugasan modular.
Perawat profesional dan vokasional bekerjasama dalam merawat sekelompok klien
dari mulai masuk ruang rawat hingga pulang (tanggung jawab total)
Metode ini juga memerlukan perawat yg berpengetahuan luas dan trampil, kemampuan kepemimpinan baik dimana pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional (trampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8 – 12 orang klien.
Metode ini juga memerlukan perawat yg berpengetahuan luas dan trampil, kemampuan kepemimpinan baik dimana pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional (trampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8 – 12 orang klien.
Keuntungan dan Kerugian
– Sama dengan gabungan antara metode tim dan
metode keperawatan primer.
– Semua metode di atas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan. Jumlah staf yang ada harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas pembicara yang sebelumnya. Selain itu kategori pendidikan tenaga yang ada perlu diperhatikan sesuai dengan kondisi ketenagaan yang ada saat ini di Indonesia
– Khususnya di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo metode tim lebih memungkinkan untuk digunakan, selain itu menurut organisasi rumah sakit Amerika bahwa dari hasil penelitian dinyatakan 33% rumah sakit menggunakan metode Tim, 25% perawatan total/alokasi klien, 15% perawatan primer dan 12% metode fungsional (Kron & Gray, 2010).
– Semua metode di atas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan. Jumlah staf yang ada harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas pembicara yang sebelumnya. Selain itu kategori pendidikan tenaga yang ada perlu diperhatikan sesuai dengan kondisi ketenagaan yang ada saat ini di Indonesia
– Khususnya di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo metode tim lebih memungkinkan untuk digunakan, selain itu menurut organisasi rumah sakit Amerika bahwa dari hasil penelitian dinyatakan 33% rumah sakit menggunakan metode Tim, 25% perawatan total/alokasi klien, 15% perawatan primer dan 12% metode fungsional (Kron & Gray, 2010).
5. Manajemen kasus
Manajemen kasus merupakan sistem pemberian
asuhan multidisiplin yang bertujuan meningkatkan pemanfaatan fungsi berbagai
anggota tim kesehatan serta sumber-sumber yang ada. Manajemen kasus Sering
digunakan dalam sarana/perangkat komunitas dan pskiatri dan diadopsi dalam
pasien rawat inap.
Manajemen kasus merupakan rancangan terakhir yang diajukan untuk memenuhi kebutuhan pasien (Marquis, B.L. & Huston, C., J., 2002). Zander, 1988 dalam Sullivan dan Decter, 2001 menyatakan bahwa keperawatan manajemen kasus adalah model untuk identifikasi, koordinasi dan monitoring implementasi kebutuhan pelayanan untuk mencapai hasil asuhan yang diinginkan dalam periode tertentu Perkembangan pasien akan diikuti terus oleh manajer kasus dari masuk sampai pulang. Integrasi layanan kesehatan untuk klien/pasien secara individu atau kelompok dengan tim multidisiplin yang bertanggung jawab secara kolaboratif dalam kajian kebutuhan klien dan menetapkan rencana tindakan – implementasi – evaluasi dari saat pasien diterima, dirujuk dan atau dipulangkan. Dalam manajemen kasus diperlukan :
Manajemen kasus merupakan rancangan terakhir yang diajukan untuk memenuhi kebutuhan pasien (Marquis, B.L. & Huston, C., J., 2002). Zander, 1988 dalam Sullivan dan Decter, 2001 menyatakan bahwa keperawatan manajemen kasus adalah model untuk identifikasi, koordinasi dan monitoring implementasi kebutuhan pelayanan untuk mencapai hasil asuhan yang diinginkan dalam periode tertentu Perkembangan pasien akan diikuti terus oleh manajer kasus dari masuk sampai pulang. Integrasi layanan kesehatan untuk klien/pasien secara individu atau kelompok dengan tim multidisiplin yang bertanggung jawab secara kolaboratif dalam kajian kebutuhan klien dan menetapkan rencana tindakan – implementasi – evaluasi dari saat pasien diterima, dirujuk dan atau dipulangkan. Dalam manajemen kasus diperlukan :
a. Case manager
Case
manager memegang setiap kasus individu untuk menjalankan fungsi koordinasi dan
kolaborasi, mengidentiifikasi pemberian pelayanan, pengobatan yang memiliki
nilai cost-effective, dan pengaturan pelayanan terhadap individu yang ditangani
(Finkleman, 2001 dalam Marquis, B.L. & Huston, C., J., 2002).
b.
Critical/Clinical pathway yang merupakan panduan alur penanganan pasien secara
terintegrasi misalnya: CP pasien dengan Total Knee Replacement, dan lain-lain. Elemen
penting dalam manajemen kasus
a.
Kerja sama semua anggota pelayanan
b.
Identifikasi hasil yang diharapkan pasien
c. Menggunakan prinsip perbaikan kualitas terus menerus dan menganalisa varian
c. Menggunakan prinsip perbaikan kualitas terus menerus dan menganalisa varian
d.
Promosi praktek keperawatan professional
Keuntungan:
– Asuhan yang diberikan komprehensif, berkesinambungan dan holistik.
Kerugian:
– Kurang efisien karena memerlukan perawat profesional dengan keterampilan tinggi dan imbalan yang tinggi, sedangkan
– Asuhan yang diberikan komprehensif, berkesinambungan dan holistik.
Kerugian:
– Kurang efisien karena memerlukan perawat profesional dengan keterampilan tinggi dan imbalan yang tinggi, sedangkan
Masih
ada pekerjaan yang harus dikerjakan oleh asisten perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI (2010), National Strategic Plan of
Action for Nursing and Midwifery Workforce Development, POKJA Keperawatan dan
Kebidanan, Jakarta
Depkes RI (2009), Standar Pelayanan Minimal,
Depkes RI, Jakarta
Depkes RI (2011), Pengembangan Manajemen
Kinerja Klinik Perawat dan Bidan, Direktorat Pelayanan Keperawatan Direktorat
Jendral Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI & FK-UGM (2009), Evaluasi
Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik Perawat dan Bidan di 2 provinsi,
Direktorat Pelayanan Keperawatan Direktorat Jendral Pelayanan Medik Depkes RI,
Jakarta.
Gillies (2010). Nursing management: A system approach. (third edition). Philadelphia: WB. Saunders.
Gillies (2010). Nursing management: A system approach. (third edition). Philadelphia: WB. Saunders.
La Monica L. Elaine. (2010). Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan, Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. Alih Bahasa
Nurachmah. Elly. EGC. Jakarta
Marquis, B.L. & Huston, C., J. (2010).
Management decision making for nurses: 124 case studies. (3rd edition).
Philadelphia: Lippincott
Marquis, B.L. & Huston, C., J. (2002).
Leadership roles and management function in nursing: Theory & application.
(3rd ed.). Philadelphia: Lippincott
Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. (2010).
Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Untuk Perawat Klinis. Alih
Bahasa Samba.Suharyati. EGC. Jakarta
Komentar
Posting Komentar